Sebagai seseorang yang pernah terjun langsung ke dunia penerjemahan profesional, saya sering menemui klien yang bingung: “Kenapa sih terjemahan dokumen biasa dan hukum harganya beda jauh?”, “Ini cuma kontrak sederhana, kok harus pakai penerjemah bersertifikat?”. atau “apakah terjemahan dokumen umum dan hukum berbeda?” Pertanyaan-pertanyaan ini muncul karena banyak orang belum paham bahwa jenis dokumen menentukan jenis layanan terjemahan yang dibutuhkan. Dan di sinilah letak risiko terbesarnya: salah pilih jasa, konsekuensinya bisa fatal—mulai dari tuntutan hukum hingga kerugian finansial yang menguras kantong.
Dulu, saya pun sempat mengira semua terjemahan itu sama. Sampai suatu hari, seorang teman meminta bantuan menerjemahkan surat perjanjian bisnis dengan mitra asing. Karena kurang pengetahuan, saya menggunakan jasa penerjemah umum dengan tarif murah. Hasilnya? Klausul penting malah ambigu, dan mitra bisnis teman saya memutarbalikkan makna pasal tertentu. Proyek itu akhirnya berujung sengketa, dan kerugiannya mencapai puluhan juta rupiah. Pengalaman itu membuka mata saya: dokumen hukum bukan sekadar kata-kata yang dialihbahasakan, melainkan instrumen yang harus presisi, sah secara hukum, dan kontekstual.
Sejak saat itu, saya memutuskan untuk mendalami perbedaan mendasar antara terjemahan dokumen umum dan hukum. Dan inilah yang ingin saya bagikan kepada Anda—agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Mari kita bedah secara tuntas!
Devinis Terjemahan Dokumen Umum
Terjemahan dokumen umum—seperti artikel blog, brosur promosi, atau email—memang relatif lebih fleksibel. Tujuannya adalah menyampaikan informasi dengan bahasa yang mudah dipahami, tanpa perlu mematuhi struktur atau terminologi khusus. Contohnya, menerjemahkan menu restoran atau panduan penggunaan produk. Di sini, penerjemah bisa lebih kreatif menyesuaikan budaya lokal (misalnya: istilah “hash browns” diubah jadi “kentang goreng renyah” agar lebih relatable).
Namun, fleksibilitas ini bukan berarti asal-asalan. Sebagai pemilik usaha kecil yang pernah mencoba menerjemahkan situs web sendiri, saya belajar bahwa kesalahan kecil—seperti typo atau pemilihan kata yang kurang pas—bisa mengurangi kredibilitas merek. Bayangkan jika deskripsi produk Anda tertulis “bahan kulit sintetis berkualitas rendah” alih-alih “bahan kulit imitasi ramah lingkungan”. Meski terkesan sepele, ini bisa memengaruhi keputusan pembeli.
Seputar Terjemahan Dokumen Hukum
Sementara itu, terjemahan dokumen hukum adalah dunia yang sama sekali berbeda. Dokumen seperti akta kelahiran, surat perjanjian, paten, atau putusan pengadilan harus 100% akurat, karena setiap kata bisa menjadi alat bukti di mata hukum. Tugas penerjemah tidak hanya dituntut menguasai bahasa, tetapi juga memahami sistem hukum kedua negara.
Contoh nyata: suatu kali, saya membantu klien yang ingin mendaftarkan merek dagang di Jepang. Dokumen terjemahan dari Bahasa Indonesia ke Jepang harus mencantumkan frasa yang persis sama dengan versi aslinya, termasuk tanda baca. Kesalahan menerjemahkan “dan” menjadi “atau” dalam klausa kepemilikan bisa mengubah hak legal secara drastis. Bahkan, dokumen hukum sering kali memerlukan cap basah dan sertifikasi penerjemah tersumpah agar diakui secara resmi. Untuk memahami lebih lanjut mengenai penerjemah tersumpah, bisa membaca artikel FAQ Seputar Jasa Penerjemah Tersumpah.
Apa yang Terjadi Jika Anda Salah Memilih Layanan?
Bayangkan skenario ini: Anda ingin mengajukan visa kerja ke Jerman. Syaratnya adalah terjemahan ijazah yang disahkan. Jika Anda menggunakan jasa penerjemah umum karena lebih murah, kemungkinan besar kedutaan akan menolak dokumen tersebut. Alasannya? Hanya penerjemah tersumpah yang memiliki kewenangan legal untuk menerjemahkan dokumen resmi. Akibatnya, proses visa tertunda, biaya tambahan menumpuk, dan stres pun tak terhindarkan.
Atau, dalam kasus bisnis: perjanjian joint venture dengan perusahaan Malaysia yang diterjemahkan secara sembarangan bisa memicu multitafsir. Klausa tentang pembagian keuntungan yang ambigu bisa jadi bom waktu—apalagi jika mitra Anda menggunakan versi terjemahan mereka sendiri.
Berdasarkan pengalaman pahit dan pembelajaran ini, saya akhirnya merintis layanan terjemahan yang menggabungkan dua spesialisasi dalam satu platform: terjemahan umum untuk kebutuhan sehari-hari dan terjemahan hukum dengan tim ahli bersertifikat. Bisnis ini lahir dari keinginan untuk memastikan klien tidak perlu beralih penyedia layanan saat kebutuhan mereka berkembang.
Misalnya, Anda bisa mulai dengan menerjemahkan materi promosi usaha (dokumen umum), lalu beralih ke kontrak kerja dengan investor asing (dokumen hukum) tanpa repot mencari vendor baru. Tim kami terdiri dari penerjemah berpengalaman di bidang hukum internasional, perdagangan, dan HAKI, serta didukung oleh notaris untuk pengesahan dokumen. Dengan harga terjangkau dan garansi revisi gratis, layanan ini cocok untuk UMKM yang ingin go global tanpa takut tersandung masalah teknis.
Memilih jenis terjemahan yang tepat bukanlah soal “mahal atau murah”, melainkan “risiko atau keamanan”. Dokumen umum bisa ditangani dengan lebih santai, tetapi dokumen hukum adalah area di Anda tidak boleh bermain-main. Sebelum memutuskan, tanyakan pada diri sendiri: “Apa konsekuensi terburuk jika terjemahan ini salah?”. Jika jawabannya menyangkut uang, reputasi, atau masa depan bisnis Anda—jangan ragu berinvestasi pada layanan profesional. Saya sendiri kini menjalankan bisnis terjemahan dengan prinsip: Setiap kata yang kami alihbahasakan adalah tanggung jawab hukum, bukan sekadar jasa. Dan inilah yang saya rekomendasikan kepada Anda: pilihlah mitra yang tidak hanya jago bahasa, tetapi juga paham betul bahwa di balik dokumen-dokumen itu, ada cerita, hak, dan masa depan yang harus dijaga.